Bencana Melanda, Karena Manusia Larut dengan Kekejian dan Kemungkaran

Foto: Repro BidikNews

 ”Andaikata kebenaran (al-haq) itu menuruti hawa nafsu mereka pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya” (QS 23 : 71).  
”Andaikata kebenaran (al-haq) itu menuruti hawa nafsu mereka pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya” (QS 23 : 71). “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi” (QS 7 : 96) “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri” (QS 42 : 30).

BidikNews,Mataram-Bencana seakan tidak mau pergi dari negeri ini, dari kekeringan, banjir, tanah longsor, gempa bumi sampai gunung meletus memenuhi pemberitaan sejumlah media masa dan bergentayangan di laman media sosial.

Dari sekian banyak postingan-postingan yang berseliweran diberanda medsos tersebut, melukiskan bahwa  Tuhan marah, negeri ini terlalu banyak dosa bahkan banyak yang menarik-narik benang merah memaksakan pendapatnya yang berakibat pada bertambahnya dosa.

Golongan spiritualis percaya bahwa ALAM ini adalah SAUDARA BESAR manusia. Istilah kerennya adalah Makrokosmos sedangkan manusia adalah Mikrokosmosnya. Hubungan keduanya adalah hubungan yang tak dapat dipisahkan, karena keduanya saling mempengaruhi, baik langsung maupun tidak langsung. Perbuatan-perbuatan manusia yang berpengaruh langsung pada Alam serta lingkungannya.  Jika manusia kerap berbuat hal-hal yang buruk dan keji maka Alam pun menjadi “murka”. 


Kemurkaan Alam tersebut dikarenakan banyaknya pengaruh kejahatan dan kekejian yang secara langsung maupun tidak langsung merusak tatanan alam. 

Ketamakan dan keserakahan manusia menjadikan manusia tiada peduli akan keseimbangan alam. Kebanyakan manusia hanya memikirkan keuntungan sebesar-besarnya dan mengeksploitasi alam tanpa batas. Hanya memikirkan kepentingan ego pribadinya, golongan atau partainya. 

Akibatnya terjadilah apa yang disebut bencana alam, seperti kebakaran hutan, banjir, tanah longsor, gempa dan gunung meletus. Sebagaimana yang sama-sama kita ketahui baik dari televisi maupun laman media sosial milik kita yang tiap detik terus diperbarui oleh keluarga maya kita.

Jika kita marah, mungkin nafsu mencelakakan akan mencuat. Darah akan mendidih sehingga dapat terluap begitu saja tanpa memikirkan akibat. 

Perspektif Tuhan yang usianya lebih lama dari usia bumi, melihat segalanya dari dulu hingga masa yang akan datang. Bisa jadi ada beberapa kemarahan-Nya yang tertumpahkan seperti zaman air bah Nabi Nuh, pemusnahan bangsa Sodom dan Gomora. Hal itu pun terjadi setelah manusia diberi peringatan. Tetapi selebihnya, apakah selalu Ia marah dan berdampak kepada kemusnahan manusia?


Siklus manusia dan alam yang selalu bergantian memang sudah terjadi sejak zaman purba. Bayangkan bila tidak ada kematian, tidak ada keruntuhan gedung. Jangan-jangan bumi memang sudah penuh dengan arsitektur macam-macam. Kiamat-kiamat kecil itu seakan membagi peradaban di bumi.

Alam yang diatur oleh Yang Menciptakan alam biasanya sudah menunjukkan tanda sebelum bereaksi. Biasanya binatang-binatang malah lebih peka daripada manusia tentang peringatan dari alam. 

Padahal dengan tegas dan lugas Allah SwT berfirman, “Telah tampak kerusakkan (al-fasad) di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia” (QS Al-Ruum [30] ayat 41)

Jadi, segala kejadian peristiwa-peristiwa alam adalah sebagai akibat ulah manusia. Baik langsung maupun tidak langsung manusialah yang menjadi penyebabnya. 

Kejadian-kejadian seperti itu sebagai pertanda murka Allah terhadap manusia yang larut dalam kemungkaran. Sebagaimana penegasan al-Quran, ”Andaikata kebenaran (al-haq) itu menuruti hawa nafsu mereka pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya” (QS 23 : 71).

Seandainya manusia menjadikan hawanafsu sebagai tolok ukur kebenaran maka pastilah hancur binasa seluruh tatanan alam semesta ini. Sebaliknya al-Quran pun memandang bahwa keutuhan tatanan alam semesta ini pun berkaitan erat dengan ulah dan tingkah laku manusia. 

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi” (QS 7 : 96).

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri” (QS 42 : 30).


Manusia adalah makhluk sosial yang hidup bermasyarakat yang saling menopang satu dengan lainnya. Kehidupan manusia yang berada di dalam suatu lingkungan diibaratkan dengan indahnya bak yang berada di dalam sebuah bahtera di tengah laut lepas.

Sebagian masyarakat di dalam suatu lingkungan tertentu tidak mencegah sebagian masyarakat lainnya yang melakukan penebangan liar atas hutan-hutan yang berada di sekitar mereka. 

Kekejian dan ketamakan yang telah memabukkan sebagian masyarakat menjadikan mereka sedemikian lupa diri dan dengan sewenang-wenang mereka “menzalimi” alam (hutan), dengan membabat habis pepohonan yang sebenarnya merupakan pelindung bagi manusia itu sendiri.

Ketika semua ini telah jauh melampaui batas, maka alam pun mengamuk murka atas perbuatan zalim saudara kecilnya yang tak tahu diri ini. Sebagian masyarakat yang tidak melakukan penebangan liar pun akhirnya menjadi korban amuk murka alam. Hal ini sama seperti para penumpang kapal yang tidak mau peduli atas apa yang dilakukan penumpang lainnya yang melubangi lambung kapal demi kepentingan mereka sendiri tanpa menghiraukan bencana yang bakal terjadi akibat perbuatan bodoh yang mereka lakukan.(dari berbagai sumber)

Pewarta: Dae Ompu. Editor:BN-007 


0 Komentar